Tuesday 2 June 2009

Surga Allah Janggal dan Tidak Adil?

Image
Gugatan Pendeta Muhammad Bambang

Oleh: Tim FAKTA

Untuk menginjili umat Islam khususnya di Nias agar mengikuti jejaknya, pendeta Muhammad Bambang menulis buku Mengapa Saya Menjadi Orang Kristen (Islam Menjadi Kristen) yang diterbitkan oleh terbitan PLP Martua Agape Nias. Dalam buku 72 halaman tersebut, pendeta yang mengaku mantan Muslim fanatik kelahiran Bojonegoro Jawa Timur tahun 1964 ini mengungkapkan ketidakmengertiannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an.

Dalam hal surga, Bambang menuduh Allah tidak adil dan janggal karena hanya untuk laki-laki saja: “Allah itu tidak adil. Allah yang Maha Adil itu, justru digambarkan tidak adil atau sekurang-kurangnya menimbulkan kejanggalan-kejanggalan. Berdasarkan wahyu-Nya sendiri yang ada dalam al-Qur’an, jelas-jelas tertulis sebagai berikut: Di surga mereka (kaum pria) mempunyai istri-istri (an-Nisa: 57) karena dikawinkan dengan bidadari-bidadari yang cantik dan bermata jeli (ath-Thur: 20) dan disediakan dipan-dipan untuk tempat mereka bersukaria dengan bidadari-bidadari istri-istri mereka itu.

Oleh karenanya tidak lain kesimpulan kami ialah: “Tidak ada seorang wanita Muslim pun, walaupun dia super mukmin bisa masuk surga, karena mereka mau dikawinkan dengan siapa lagi disebabkan semua prianya, baik itu bekas suaminya atau pacarnya, baik itu idolanya ketika di dunia dulu, kesemuanya sudah dikawinkan dengan bidadari-bidadari yang seribu kali lebih cantik dan bermata jeli dari diri mereka. Dan di dalam al-Qur’an kami tidak menemukan sepatah wahyu Allah pun bahwa wanita-wanita yang beroleh keselamatan surgawi itu akan dikawinkan dengan malaikat-malaikat,” apa Ini Tidak Janggal?” (hlm. 60-61).

Dari tuduhan tersebut terlihat jelas betapa awamnya wawasan sang pendeta tentang bahasa Arab, Islam dan al-Qur’an. Dalam al-Quran, jika disebutkan kata-kata yang menggunakan lafal laki-laki (mudzakkar) berarti ditujukan pula untuk wanita, kecuali ada kekhususan dan perbandingannya antara laki-laki (mudzakkar) dan wanita (muannats).

Misalnya, dalam perintah shiyam (QS al-Baqarah 183) disebutkan Ya ayyuhal-ladziina aamanuu (wahai orang-orang yang beriman). Lafal dalam ayat ini memakai bentuk laki-laki jamak (jama’ mudzakkar), tapi maksudnya juga untuk wanita. Makanya, umat Islam yang berpuasa tidak hanya laki-laki saja, tapi wanita juga berpuasa.

Lain halnya jika al-Qur’an mengatakan dengan tegas, misalnya dalam surat al-Baqarah 282 disebutkan rajulun wamra`atani (seorang laki-laki dan dua orang wanita). Demikian pula dalam lafal salam: assalamu’alaikum, memakai lafal “kum” yang berarti “kalian” (para pria). Ucapan salam ini juga dipakai untuk para wanita tanpa mengganti kata ganti (dhamir) “kum” menjadi “kunna” (kalian para wanita).

Dalam surat an-Nisa: 57 yang dituduhkan oleh Pendeta Bambang, terdapat kata lahum fiihaa azwaajun muthahharatun yang maksudnya: “Bagi mereka jodoh-jodoh yang suci.” Umumnya para penerjemah mengartikan, “Bagi mereka istri-istri yang suci.”

Secara bahasa (lughawi), lafal azwajun/zaujun bisa bermakna laki-laki maupun perempuan karena kata ini memiliki sifat keumuman (taghlib/aghlabiyah). Tidak sebaliknya, kata zaujatun hanya boleh dipakai sebagai pengganti perempuan, tidak boleh dipakai untuk pengganti laki-laki. Karenanya, istri (jodoh/pasangan) Nabi Adam dalam surat al-Baqarah 35 disebutkan dengan lafal zaujuka. Kata zaujuka dalam ayat ini harus diartikan pasanganmu atau istrimu, tidak boleh diartikan “suamimu,” meskipun dalam kamus, kata zaujun berarti suami. Bukankah tidak mungkin Nabi Adam memiliki pasangan hidup seorang laki-laki?

Dengan demikian, surat an-Nisa 57 tidak bisa diartikan hanya pria saja yang bisa masuk surga. Karena Allah SWT Maha Adil, maka Dia tidak akan membeda-bedakan jenis kelamin hamba-Nya di surga. Apa pun jenisnya, baik laki-laki maupun wanita, asalkan beriman dan beramal shalih pasti akan masuk surga sesuai dengan janji-Nya dalam ayat berikut: “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn,” (QS at-Taubah: 72).

Jika pendeta Bambang perlu ayat lain yang menyatakan bahwa di surga juga ada wanita, silakan baca surat al-Mukmin: 40, al-Fath: 5, az-Zukhruf: 70, an-Nahl: 97, al-ahzab: 35, dan lain-lain.

Jelaslah dalam ayat-ayat di atas, bahwa surga dalam Islam bukan monopoli laki-laki saja, tapi juga untuk wanita. Seturut dengan surat an-Nisa: 57, maka ahli surga baik laki-laki maupun wanita, mereka pun disediakan jodoh-jodoh yang suci. Inilah kesempurnaan surga dalam Islam, mencakup kebahagian dan kenikmatan jasmani dan ruhani yang tidak pernah dibayangkan maupun dibandingkan dengan segala kenikmatan duniawi.

Sebaliknya, azab Allah juga tak kenal diskriminasi. Apa pun jenisnya, baik laki-laki maupun wanita, jika kafir, munafik dan musyrik maka dia akan mendapat azab yang kekal di neraka jahanam (QS at-Taubah: 68, al-Ahzab: 73).

Setelah menelaah konsep Islam tentang surga yang sangat sempurna, sekarang pendeta Bambang harus tahu prinsip Bibel tentang nasib manusia setelah kematian. Menurut Bibel, nasib manusia sama dengan nasib binatang. “Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai napas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia” (Pengkhotbah 3: 19).

Berdasarkan ayat ini, apakah Pendeta Muhammad Bambang mau disamakan dengan binatang, yang tidak punya kelebihan apa pun atas binatang?

Komentar :

ada 0 komentar ke “Surga Allah Janggal dan Tidak Adil?”

Post a Comment

Silakan memberi komentar di sini, No SARA buat komentarnya

Advertisement

Archive

 

© 2009 Fresh Template. Powered by Blogger.

Fresh Template by NdyTeeN.