Saturday 8 May 2010

aku termarjinalkan

aku ingin menghirup angin kebebasan
Terlepas dari semua kekangan
aku ingin hidup bebas
Bebas dari semua tekanan
Aku tidak mau terbelenggu
Terbelenggu hitam kelamnya dunia
Aku ingin kebebasan
Kebebasan yang benar - benar bebas
Dari tekanan, kekangan, dan belenggu
Tidak seorangpun mengganggu
Aku ingin kebebasan
Jangan kekang aku atas napapun
Karena kau tidak berhak melakukan itu
Hanya rabbkulah yang berhak mengekangku
Mengekangku dari hal buruk
Dan melindungiku dai kalian..........

AKU

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Chairil Anwar, Maret 1943

Konsep Agropolitan

Banyaknya urbanisasi selama ini lebih banyak disebabkan kurangnya sarana penunjang dan infrastuktur yang ada di desa. Dengan konsep agropolitan yang menata desa menjadi suatu pusat kegiatan ekonomi berbasis pertanian dengan mempererat keterkaitan sistem agribisnis yang didukung dengan pembangunan fasilitas penunjangnya, diharapkan mampu menciptakan suatu “desa kota” yang memberikan konstribusi terhadap pencaharian dan kesejahteraan masyarakat.

Indonesia merupakan negara agraris sehingga memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor yang tidak tergoncang dengan kondisi krisis yang menimpa Bangsa Indonesia. Namun sampai saat ini sektor pertanian tidak mampu menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi bangsa. Hal ini terjadi karena kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam selama ini hanya berorientasi kepada usahatani (on farm agribusiness) dengan sasaran utama peningkatan produksi dan kurang mengacu kepada sistem agribisnis, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik terhadap perekonomian nasional maupun khususnya bagi para petani sebagai pelaku usaha terbesar sektor ini.

Oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang lebih serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk membangun dan mengembangkan sistem pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah dengan membentuk kawasan Agropolitan di lokasi-lokasi strategis (sentra-sentra produksi) yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/agroindustri).

Agropolitan merupakan konsepsi kesisteman yang utuh, terintegrasi, dan bersifat multi sektor, terdiri atas subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani (on farm), subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa-jasa penunjang. Keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan erat kaitannya dengan kontinuitas, kuantitas dan kualitas subsistem usahatani, khususnya benih. Manfaat yang diperoleh melalui pembangunan kawasan agropolitan adalah: (1) terciptanya wawasan agribisnis dan budaya industri (industrial culture) pada masyarakat; (2); berkembangnya kegiatan off-farm yang berupa aktivitas-aktivitas pasca panen, pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa; (3) tumbuhnya industri-industri di pedesaan sehingga dapat menciptakan nuansa perkotaan di desa (4) berkembangnya investasi di pedesaan sehingga aliran dana yang selama ini dari desa ke kota berubah menjadi dari kota ke desa; (5) bertambahnya lapangan kerja; serta (6) berkurangnya arus urbanisasi, dan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah.

Konsep agropolitan memberikan kemudahan produksi dan pemasaran kepada petani antara lain adalah berupa : Input sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dsb), Sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik dsb) dan Sarana Pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi dsb). Dengan peningkatan kemudahan faktor-faktor produksi dan pemasaran tersebut maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil, sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar.

Agropolitan
Agropolitan merupakan sistem manajemen dan tatanan terhadap suatu kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis /agroindustri).

Kawasan Agropolitan merupakan kawasan di sekitar kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Kawasan ini juga nantinya mampu melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitar. Agropolitan ini merupakan kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang memberi kontribusi terhadap pencaharian dan kesejahteraan masyarakat.
Sehingga kawasan Agropolis adalah kawasan pertanian atau kawasan disekitar kota pertanian yang mempunyai potensi dikembangkan usaha pertanian maupun pasca panen pertanian untuk penyangga kebutuhan pangan kota besar dan sekaligus meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan oleh Mc. Douglass & Friedmann (1974, dalam Pasaribu , 1999), pada dasarnya memberikan pelayanaan perkotaan di kawasan pedesaan atau “kota ladang”. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang berhubungan dengan masalah :
1.Produksi
2.Pemasaran
3.Sosial Budaya dan kehidupan setiap hari

Jadi peranan agropolitan adalah untuk melayani kawasan industri pertanian disekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain adalah berupa : Input sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dsb), Sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik dsb) dan Sarana Pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi dsb)
Dengan peningkatan kemudahan faktor-faktor produksi dan pemasaran tersebut maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil, sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar.

Agribisnis
Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan : (1) pra panen, (2) panen, (3) pasca panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut (Gunawan Sumodiningrat, 2000).

Menurut Saragih (1998 dalam Pasaribu, 1999) batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait antara keseluruhan kegiatan ekonomi, yaitu Sub sistem Agribisnis Hulu yang merupakan kegiatan ekonomi yang mendukung upaya budidaya tanaman antara lain : industri benih, industri pupuk, industri alat-alat pertanian dsb. Kemudian Sub sistem Agribisnis Usahatani yang meliputi kegiatan : pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan. Sub sistem Agribisnis Hilir adalah kegiatan pasca panen hasil pertanian dan pemasaran hasil pertanian dan yang terakhir Sub sistem Agribisnis Penunjang dapat berupa fisik maupun non fisik yang diperkenalkan kepada petani al : saluran irigasi, fasilitas kredit dll.

Kendala dari pengembangan agribisnis di Indonesia sampai saat ini diantaranya adalah :
(1)Menjaga kualitas produk yang memenuhi standar pasar internasional, (2)Menjaga kontinuitas produksi sesuai dengan permintaan pasar maupun yang mendukung suatu industri hilir dari produksi pertanian (Husainie Syahrani, 2001)
Tabel Jumlah Penduduk dan Tingkat Income per Kapita Indonesia
Tahun

Jiwa
(dalam juta)

Income per kapita (juta Rp)
Harga Berlaku

Harga Konstan
1980

140,490

0.28

0.07
1990

179,379

1.10

0.28
2000

203,456

6.34

1.95

Penduduk Indonesia & Kebutuhan Pangan
Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan pertumbuhan, dari 3 dekade terakhir rata-rata pertumbuhan penduduk menunjukkan angka 17.52% per dekade. Income perkapita juga menunjukkan peningkatan.

Implikasinya adalah semakin meningkatnya kebutuhan pangan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dengan kondisi tersebut diatas maka upaya peningkatan kebutuhan pangan menjadi sangat penting, baik dari sisi sektor pertanian sendiri maupun sektor lain yang akan memacu sektor pertanian seperti industri penunjang sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian.

Dari sektor pertanian upaya untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan ekstensifikasi maupun intensifikasi. Dengan semakin menyempitnya lahan-lahan pertanian akibat perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian maka program intensifikasi pertanian menjadi pilihan utama.

Dalam intensifikasi pertanian ketersediaan sarana produksi pertanian antara lain pupuk, benih, pestisida dan alat-alat pertanian menjadi hal yang penting.

Peran Industri Perbenihan
Dengan melihat konsep agropolitan dan agribisnis maka peranan industri perbenihan adalah berada di sub sistem agribisnis hulu, untuk memberikan kemudahan dalam berproduksi. Pelayanan yang diberikan adalah dengan menyediakan kebutuhan input sarana produksi yaitu benih bagi usahatani yang dilakukan oleh petani. Dikaitkan dengan kebutuhan pangan yang terus meningkat, penyediaan benih bukan hanya untuk mencukupi kuantitas yang dibutuhkan melainkan juga memberikan benih yang berkualitas (benih yang unggul, potensi produksi tinggi dan tahan hama/penyakit) sehingga dapat memperkecil resiko gagal panen dan meningkatkan keuntungan dalam usahatani.
Peranan Perusahaan Benih dalam Kawasan Agropolitan
Subsistem Usahatani

Subsistem Hulu

Subsistem Hilir
Subsistem Penunjang : pengolahan tanah, penanaman, perawatan, pengendalian HPT, panen
: Industri benih, industri pupuk, industri alat-alat pertanian dsb
: pasca panen dan pemasaran hasil pertanian
: Sarana, prasana penunjang (irigasi, lembaga perkreditan, pasar)

Upaya yang dilakukan industri perbenihan seperti halnya PT. TANINDO SUBUR PRIMA dalam menunjang pembangunan kawasan agropolitan adalah memenuhi kebutuhan benih yang diperlukan petani, sedangkan beberapa peran yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut :
1.Mencukupi kebutuhan benih yang bisa dikembangkan.
Untuk memenuhi permintaan pasar akan produk yang terus meningkat baik dari segi kualitas, jenis dan jumlah, maka selain diproduksi dalam negeri juga didatangkan benih-benih hortikultura yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri, sehingga proses usahatani menjadi lancar.

2.Mendekatkan benih ke petani (end user) yaitu dengan membentuk jaringan dan distribusi yang bisa sampai ke tangan pemakai di sentra-sentra produksi.
Untuk memudahkan petani mendapatkan benih yang diperlukan maka dibentuk jaringan dan distribusi sampai dekat dengan petani, sehingga terbentuk agen-agen atau toko-toko pertanian di sentra-sentra produksi.

3.Mengenalkan teknik budidaya dan pasca panen kepada petani serta tentang penggunaannya kepada konsumen akhir.

Untuk produk yang belum ada di dalam negeri dan sudah ada permintaan, maka dilakukan upaya untuk mengenalkan cara budidaya dan pasca panen melalui penyuluhan maupun demonstrasi plot bagi petani atau kelompok tani yang berminat membudidayakan tanaman, serta menyebarluaskan penggunaan produk tersebut kepada konsumen akhir.

Untuk varietas-varietas yang sudah ada, terus dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani tentang teknik budidaya dan pengolahan pasca panen yang benar, sehingga akan menghasilkan poduksi dan keuntungan maksimal, melalui penyuluhan dan studi banding.

Dengan melihat peran PT. TANINDO SUBUR PRIMA sebagai salah satu industri perbenihan tersebut, maka dukungan terhadap pengembangan kawasan agropolitan tidak terbatas pada sub sistem hulu tetapi juga sub sistem usahatani dan juga sub sistem hilir.

Peranan pada sub sistem hulu adalah dengan menyediakan benih yang berkualitas sehingga diharapkan produksi hasil panen juga berkualitas dalam upaya memenuhi selera konsumen yang terus meningkat kualitasnya. Peranan pada sub sistem usahatani dan sub sistem hilir justru lebih penting untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang teknik budidaya tanaman dan penanganan pasca panen serta pengetahuan tentang manfaat penggunaan benih unggul. Dengan pengetahuan tersebut petani diharapkan dapat melakukan penanganan budidaya dan pasca penen dengan lebih baik yang pada ujungnya akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Keberadaan toko pertanian di kawasan pedesaan sangat menunjang pembangunan desa konsep agropolitan karena lebih mempermudah petani dalam memperoleh saprotan

Dalam melaksanakan fungsinya dalam mendukung proses Agribisnis, ada beberapa kendala yang mempengaruhi kinerja Industri perbenihan, antara lain :
1. Daya beli petani yang rendah & kecilnya penguasaan lahan mengakibatkan kemampuan petani untuk mengakses teknologi budidaya menjadi terbatas.
2. Harga benih dirasakan petani mahal. Masih ada anggapan dikalangan petani & birokrasi bahwa harga benih di Indonesia “mahal”, sehingga keberadaan benih tidak dilihat dari sudut pandang Agribisnis.
3. Fluktuasi harga jual produksi hasil panen. Harga produksi dan pemasaran hasil pertanian terutama hortikultura belum terjamin dan sangat dipengaruhi situasi di lapangan.
4. Pasca panen & pemasaran belum dikuasai oleh petani terutama dalam upaya meningkatkan nilai tambah.
5. Infrastruktur jalan/transportasi belum mendukung, produksi pertanian terutama hortikultura yang cepat busuk sangat memerlukan sarana transportasi yang cepat dan baik.
6. Kendala-kendala tersebut diatas dapat diantisipasi dengan meningkatkan peranan subsistem yang lain dalam rangkaian agribisnis antara lain sub sistem budidaya, sub sistem Hilir & sub sistem Penunjang. Dengan dukungan sub sistem yang lain maka rangkaian sub sistem agribisnis akan bersinergi secara positif.

(Ir. Sekti Pantjasilanto, MP. Market Research PT. Tanindo Subur Prima)

JEMBER MEMBUTUHKAN TEKNOKRAT AGROPOLITAN SEBAGAI PEMIMPIN

JEMBER MEMBUTUHKAN TEKNOKRAT AGROPOLITAN SEBAGAI PEMIMPIN

Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsbland Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. 91 tahun sejak berdirinya kini Jember menjadi kota yang bergeliat dan berkembang pesat dengan sokongan bidang pertaniannya sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup luar biasa untuk di kembangkan. Dengan sebagian besar penduduk masih bekerja sebagai petani, perekonomian Jember masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Di Jember terdapat banyak area perkebunan, sebagian besar peninggalan Belanda. Perkebunan yang ada dikelola oleh Perusahaan nasional PTP Nusantara dan Perusahaan daerah yaitu PDP (Perusahaan Daerah Perkebunan)
Kesuburan tanah, dan dukungan ketersediaan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi dari kawasan sekitar yang melimpah membuat Jember menjadi kota yang berpotensi cerah dan gemilang. Namun harus kita akui perkembangan pertanian di Jember mengalami pasang surut yang membingungkan. Di lain sisi sebenarnya penyediaan sumber daya teknolog pertanian dan pangan di Indonesia dan jember secara khusus juga telah mengalami perkembangan. Namun apa yang menjadi kendala selama ini juga tak kunjung bisa terselesaikan. Masalah lahan pertanian yang kian menciut akibat beralih fungsinya lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman dan kawasan industri ataupun bisnis. Kemudian ketidak percayaan sumberdaya manusia di bidang pertanian akan lapangan pekerjaan yang kurang menjanjikan di bidang pertanian sehingga kaum muda tidak begitu bergairah melanjutkan warisan budaya tani dari generasi sebelumnya.
Sehingga KAMMI Daerah Jember meyakini bahwa jember harus dikembangkan menjadi kota yang agropolitan dan dipimpin seorang teknokrat yang mampu menjembatani kepentingan dan kemajuan pertanian di Kabupaten Jember. Selain beberapa visi misi besar lain calon pemimpin Jember tentang kemajuan masa depan jember.
Mengutip tulisan dari Taufiq Amrullah ST, ME mantan ketua umum PP KAMMI maka menurut pengertian beliau pemimpin adalah mereka yang mampu memvisualisasikan masa depan dan mampu mengkomunikasikan visinya pada orang lain, sosok yang mampu mengatasi persoalan, sarat pengalaman yang mampu melihat gambaran secara keseluruhan dan dapat membantu orang lain melihatnya juga. Sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang bukan hanya pintar, namun pandai berkomunikasi dan dekat dengan rakyat. Dari pengertian pemimpin menurut Taufiq Amrullah tadi kita bisa mengambil 3 point penting yakni kemampuan menyelesaikan masalah, komunikasi, dan pengalaman. Sehingga KAMMI meyakini bahwa jember membutuhkan seorang teknokrat agropolitan, seorang yang ahli di bidangnya, yang berpengalaman sebagai pemimpin, dan dekat dengan rakyat sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama kaum petani yang mulai termarjinalkan, bukan hanya teknokrat yang cerdas namun tidak becus dalam manajerial dan mengeluarkan kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat terutama yang tidak mendukung sector pertanian sebagai basis utama perekonomian rakyat jember.


a.n



KAMMI DAERAH JEMBER

Naufal Firdaus Nurdiansyah
 

© 2009 Fresh Template. Powered by Blogger.

Fresh Template by NdyTeeN.