Monday 29 June 2009

Tanggal 8 Maret, 66 Tahun Lalu


Oleh Nina Herlina L.
(http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=14579)
disadur dan ditambahkan dengan gambar dari berbagai sumber (termasuk : wikipedia)


"Wij sluiten nu.Vaarwel, tot betere tijden. Leve de Koningin!" (Kami akhiri sekarang. Selamat berpisah sampai waktu yang lebih baik. Hidup Sang Ratu!). Demikian NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij/Maskapai Radio Siaran Hindia Belanda) mengakhiri siarannya pada tanggal 8 Maret 1942.

Enam puluh enam tahun yang lalu, tepatnya 8 Maret 1942, penjajahan Belanda di Indonesia berakhir sudah. Rupanya "waktu yang lebih baik" dalam siaran terakhir NIROM itu tidak pernah ada karena sejak 8 Maret 1942 Indonesia diduduki Pemerintahan Militer Jepang hingga tahun 1945. Indonesia menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Masyarakat awam selalu mengatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Benarkah demikian? Untuk ke sekian kalinya, harus ditegaskan bahwa "Tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun". Masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena anggapan itu sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak Indonesia merdeka! Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung Karno mengatakan, "Indonesia dijajah selama 350 tahun!" Sebab, ucapan ini hanya untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia saat perang kemerdekaan (1946-1949) menghadapi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Bung Karno menyatakan hal ini agaknya juga untuk meng-counter ucapan para penguasa Hindia Belanda. De Jong, misalnya, dengan arogan berkata, "Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!" Lalu Colijn yang dengan pongah berkoar, "Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat (Gunung) Mount Blanc di Alpen."

Tulisan ini akan menjelaskan bahwa anggapan yang sudah menjadi mitos itu, tidak benar. Mari kita lihat sejak kapan kita (Indonesia) dijajah dan kapan pula penjajahan itu berakhir.


Kedatangan penjajah

Pada 1511, Portugis berhasil menguasai Malaka, sebuah emporium yang menghubungkan perdagangan dari India dan Cina. Dengan menguasai Malaka, Portugis berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah seperti lada, cengkeh, pala, dan fuli dari Sumatra dan Maluku. Pada 1512, D`Albuquerque mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Dalam perjalanan itu mereka singgah di Banten, Sundakalapa, dan Cirebon. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara, akhirnya tiba juga di Ternate.

Di Ternate, Portugis mendapat izin untuk membangun sebuah benteng. Portugis memantapkan kedudukannya di Maluku dan sempat meluaskan pendudukannya ke Timor. Dengan semboyan "gospel, glory, and gold" mereka juga sempat menyebarkan agama Katolik, terutama di Maluku. Waktu itu, Nusantara hanyalah merupakan salah satu mata rantai saja dalam dunia perdagangan milik Portugis yang menguasai separuh dunia ini (separuh lagi milik Spanyol) sejak dunia ini dibagi dua dalam Perjanjian Tordesillas tahun 1493. Portugis menguasai wilayah yang bukan Kristen dari 100 mil di sebelah barat Semenanjung Verde, terus ke timur melalui Goa di India, hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Sisanya (kecuali Eropa) dikuasai Spanyol.

Sejak dasawarsa terakhir abad ke-16, para pelaut Belanda berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis sejak awal abad ke-16. Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.

Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten. Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu, kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari cengkih dan pala.

Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan Nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda. Wadah itu diberi nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (Serikat Perusahaan Hindia Timur) disingkat VOC.

Pemerintah Kerajaan Belanda (dalam hal ini Staaten General), memberi "izin dagang" (octrooi) pada VOC. VOC boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut wilayah-wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya. VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri. Dikatakan juga bahwa octrooi itu selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun. Sejak itu hanya armada-armada dagang VOC yang boleh berdagang di Asia (monopoli perdagangan).

Dengan kekuasaan yang besar ini, VOC akhirnya menjadi "negara dalam negara" dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai VOC. Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan Mataram kepada VOC antara tahun 1677-1705. Sementara di daerah pedalaman, raja-raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Peranan mereka hanya sebatas menjadi "tusschen personen" (perantara) penguasa VOC dan rakyat.

"Power tends to Corrupt." Demikian kata Lord Acton, sejarawan Inggris terkemuka. VOC memiliki kekuasaan yang besar dan lama, VOC pun mengalami apa yang dikatakan Lord Acton. Pada 1799, secara resmi VOC dibubarkan akibat korupsi yang parah mulai dari "cacing cau" hingga Gubernur Jenderalnya. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.

Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke. Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912).

Peperangan di seluruh Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur). Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.

Saat-saat akhir

Pada 7 Desember 1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii. Akibat serangan itu kekuatan angkatan laut AS di Timur Jauh lumpuh. AS pun menyatakan perang terhadap Jepang. Demikian pula Belanda sebagai salah satu sekutu AS menyatakan perang terhadap Jepang.

Pada 18 Desember 1941, pukul 06.30, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer melalui radio menyatakan perang terhadap Jepang. Pernyataan perang tersebut kemudian direspons oleh Jepang dengan menyatakan perang juga terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Januari 1942. Setelah armada Sekutu dapat dihancurkan dalam pertempuran di Laut Jawa maka dengan mudah pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di pantai utara Pulau Jawa.

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda memusatkan pertahanannya di sekitar pegunungan Bandung. Pada waktu itu kekuatan militer Hindia Belanda di Jawa berjumlah empat Divisi atau sekitar 40.000 prajurit termasuk pasukan Inggris, AS, dan Australia. Pasukan itu di bawah komando pasukan sekutu yang markas besarnya di Lembang dan Panglimanya ialah Letjen H. Ter Poorten dari Tentara Hindia Belanda (KNIL). Selanjutnya kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipindahkan dari Batavia (Jakarta) ke Kota Bandung.

Pasukan Jepang yang mendarat di Eretan Wetan adalah Detasemen Syoji. Pada saat itu satu detasemen pimpinannya berkekuatan 5.000 prajurit yang khusus ditugasi untuk merebut Kota Bandung. Satu batalion bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, satu batalion ke arah barat melalui Pamanukan, dan sebagian pasukan melalui Sungai Cipunagara. Batalion Wakamatsu dapat merebut lapangan terbang Kalijati tanpa perlawanan berarti dari Angkatan Udara Inggris yang menjaga lapangan terbang itu.

Pada 5 Maret 1942, seluruh detasemen tentara Jepang yang ada di Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater dan selanjutnya menyerbu Bandung. Akibat serbuan itu tentara Belanda dari Ciater mundur ke Lembang yang dijadikan benteng terakhir pertahanan Belanda.

Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan Bandung Mayor Jenderal J. J. Pesman agar tidak mengadakan pertempuran di Bandung dan menyarankan mengadakan perundingan mengenai penyerahan pasukan yang berada di garis Utara-Selatan yang melalui Purwakarta dan Sumedang. Menurut Jenderal Ter Poorten, Bandung pada saat itu padat oleh penduduk sipil, wanita, dan anak-anak, dan apabila terjadi pertempuran maka banyak dari mereka yang akan jadi korban.

Pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola (sekarang gedung Rektorat UPI Bandung). Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi. Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar usul itu ditolak.

Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa "Bila pada 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur." Sebagai bukti bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak pesawat-pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan tugasnya.

Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda beserta para pembesar tentara Belanda lainnya berangkat ke Kalijati sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditentukan. Pada mulanya Jenderal Ter Poorten hanya bersedia menyampaikan kapitulasi Bandung. Namun, karena Jenderal Imamura menolak usulan itu dan akan melaksanakan ultimatumnya. Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Keesokan harinya, 9 Maret 1942 pukul 08.00 dalam siaran radio Bandung, terdengar perintah Jenderal Ter Poorten kepada seluruh pasukannya untuk menghentikan segala peperangan dan melakukan kapitulasi tanpa syarat.

Itulah akhir kisah penjajahan Belanda. Setelah itu Jepang pun menduduki Indonesia hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Jepang hanya berkuasa tiga tahun lima bulan delapan hari.

Analisis

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya 346 tahun. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang. Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa (yang menjadi bagian Indonesia kemudian).

Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5 tahun), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica. Namun, demikian hingga akhir abad ke-19, beberapa kerajaan di Bali, dan awal abad ke-20, beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda. Jangan pula dilupakan hingga sekarang Aceh menolak disamakan dengan Jawa karena hingga 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih berdaulat. Orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja.

Kesimpulannya, tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara. ***

Penulis, Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat/Ketua Pusat Kebudayaan Sunda Fakultas Sastra Unpad.













other interest sources : http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_East_India_Company

Dolar Jadul

antique and rare
GAN MO SHARING LAGI NEH US DOLLAR JADUL ALIAS KUNO BANGET DARI TAHUN 1854 SAMPAI 1859.ANTIQUE AND RARE...
CHECK IT OUT :

001.USA, GEORGIA, Augusta, Union B., 5 dollars, H-GA70-G6a, 2.9.1854, cows
Spoiler for 001:




002.USA, GEORGIA, Augusta, Union B., 10 dollars, H-GA70-G8a, 8.9.1854, women
Spoiler for 002:




003.USA, GEORGIA, Savannah, Merchants & Planters B., 50 dollars, H-GA-315-G14b, 15.7.1856, horses
Spoiler for 003:




004.USA, GEORGIA, Savannah, Mechanics' Savings & Loan Assoc., 10 cents, 1863
Spoiler for 004:




005.USA, LOUSIANA, New Orleans, Canal Bank, 10 dollars, ND (1840s), Columbus, Fulton, cherubs, H-LA-105-G22a, unissued remainder
Spoiler for 005:




006.USA, LOUSIANA, New Orleans, Citizens' Bank, 5 dollars, 18__ (1850s), H-LA-15-G12c, unissued remainder
Spoiler for 006:




007.USA, MICHIGAN, Mt. Clemens, Bank of Macomb County, 10 dollars, ND (1830s), boat & train, H-MI-295-G20
Spoiler for 007:




008.USA, MISSISSIPPI, Brandon, Mississippi & Alabama Rail Road Co., 10 dollars, 5.5.1837, Washington, H-MS-25-G94
Spoiler for 008:




009.USA, NEW JERSEY, Salem, Salem & Philadelphia Manufacturing Co., 1 dollar, 1820s-30s, Mercury, H-NJ495-G2a
Spoiler for 009:




010.USA, NEW JERSEY, Salem, Salem & Philadelphia Manufacturing Co., 2 dollars, 1820s-30s, H-NJ495-G4a
Spoiler for 010:




011.USA, NEW YORK, Poughkeepsie, Farmers & Manufacturers Bank, 10 cents, 1.7.1862, H-nl
Spoiler for 011:




012.USA, OHIO, CUYAHOGA FALLS, Summit County Bank, 10 cents, 1862 train, remainder
Spoiler for 012:




013.USA, PENNSYLVANIA, Warren, North Western Bank, 5 dollars, 18.7.1861, Washington, cattle, girl, H-PA-670-G10a
Spoiler for 013:




014.USA, RHODE ISLAND, Providence, Bank of the Republic, 1 dollar, 1.10.1855, Washington, H-RI-385-G2a
Spoiler for 014:




015.USA, RHODE ISLAND, Providence, Bank of the Republic, 5 dollars, date faded, (1858), U.S. capitol, H-RI-385-G8a
Spoiler for 015:




016.USA, RHODE ISLAND, Providence, Bank of the Republic, 10 dollars, 21.9.1855, Franklin, farm couple, H-RI-385-G10a
Spoiler for 016:




017.USA,troy NY , Bank of Troy, 5 dollars, 15.10.1859, Horses, farmer fields, H-RI-385-G10a
Spoiler for 017:


TransJakarta dan Lorena

agi iseng hunting foto, eh ad transjakarta lewat..pas liat atasnya ada tulisan lorena..
nih fotonya
Spoiler for foto:


apakah bus transjakarta pake bus bekas lorena?ataukah kerjasama dengan perusahaan lorena?

Terusan Sulawesi

SULAWESI akan punya 'Terusan Khatulistiwa' setelah Dunia punya Terusan Suez & Panama





Jumat, 05 Juni 2009 pukul 01:42:00
Bappenas dan DKP Dukung Pembangunan Terusan Khatulistiwa

PALU -- Bappenas dan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mendukung usulan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk membangun Terusan Khatulistiwa, yang akan menghubungkan Selat Makassar dan Teluk Tomini."Meskipun rencana membangun terusan ini disindir beberapa pihak sebagai ide yang terlalu maju, ternyata mendapat dukungan Bappenas dan DKP," kata Hasanuddin Atjo, kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, di Palu, Kamis (4/6).DKP, kata Hasanuddin, tahun 2009 ini akan membantu Sulteng dalam menyusun rencana strategis (renstra) pembangunan terusan tersebut, bersamaan dengan renstra pengelolaan Teluk Tomini secara komprehensif yang akan melibatkan tiga provinsi di Sulawesi, yakni Sulawesi...
http://www.republika.co.id/koran/140...n_Khatulistiwa



Terusan Khatulistiwa di Teluk Tomini

MANADO –- Tiga provinsi bertetangga, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo, sepakat membangun Terusan Khatulistiwa di wilayah Teluk Tomini. Untuk mewujudkan rencana itu, dibutuhkan dana segar sedikitnya Rp 3 triliun.Terusan Khatulistiwa itu digagas Gubernur Gorontalo, Fadel Muhammad dan didukung Gubernur Sulteng, HB Paliudju, serta Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang. Nota kesepahaman ketiga gubernur itu ditandatangani Rabu, 13 Mei.

"Sudah ada tiga lembaga internasional yang siap mendanai gagasan itu, yakni UNDP, JICA, dan AGRO," kata Fadel kepada wartawan di Paris Room, Gran Kawanua Convention Center, kemarin.

Dia menjelaskan bahwa tahap persiapan, pembentukan kelembagaan, hingga pembangunan terusan itu butuh dana sedikitnya Rp 3 triliun. Sebagian besar diharapkan datang dari lembaga-lembaga internasional.

Terusan Khatulistiwa tersebut adalah salah satu langkah konkret dari Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani tiga provinsi, kemarin. MoU itu intinya adalah pengelolaan Teluk Tomini secara bersama dan berkelanjutan.

Sebagai tindak lanjut dari MoU itu, dua pekan mendatang ketiga gubernur akan menggelar pertemuan di Palu, Sulawesi Tengah. Mereka akan membicarakan langkah-langkah pasca ditandatanganinya MoU tersebut.

Ketiga provinsi tersebut juga sepakat membentuk kelembagaan yang mengikat mereka. Lembaga itu kemungkinan berbentuk badan otorita. Pemerintah pusat diharapkan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan itu.
http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=91830

Gagasan Terusan Khatulistiwa
Tuesday, 05 May 2009

Gagasan “ Terusan Khatulistiwa “ yang akan menghubungkan selat Makassar, Pesisir Tambu (Kabupaten Donggala) dengan Pesisir Kasimbar (Teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong) atau menghubungkan alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI II dan ALKI III, pertama kalinya dikemukakan oleh Gubernur Sulawesi Tengah di hadapan Menteri Dalam Negeri, H.Murdiyanto pada acara Musyawarah IV Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) di Hotel Silae Beach pada bulan Mei pada tahun 2008 yang lalu. Gagasan ini memberikan tanggapan yang beragam, ada yang pro dan ada juga yang kontra. Tentunya perbedaan ini merupakan sesuatu yang wajar dan hendaklah kita memandangnya sebagai sebuah dinamika dalam rangka melahirkan satu kebijakan terbaik untuk pembangunan di Sulawesi Tengah.

Secara institusional gagasan ini telah direspon oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pualu-pulau Kecil yang pada tahun ini juga akan melakukan penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Terusan Khatulistiwa. Respon ini tentunya perlu didukung dan disikapi oleh kita semua dengan pertimbangan-pertimbangan ilmiah. Gagasan “ Terusan Khatulistiwa “ ini merupakan gagasan yang menarik untuk menjadi bahan diskusi, karena boleh dikata termasuk gagasan “ Setengah Gila ”. Namun begitu, tidak berarti gagasan ini tidak memiliki argumentasi untuk diwujudkan. Jika anda semua pernah membaca buku imposible question, maka pada intinya buku ini menceritakan keberhasilan sejumlah teori atau gagasan yang pada awalnya merupakan hal yang mustahil bagi semua orang namun ternyata pada akhirnya dapat diwujudkan.

Sebagai contoh Thomas Alfa Edison telah melakukan percobaan lebih dari 13.000 kali baru dapat membuktikan teori bola lampu pijarnya. Terbangunnya terusan Panama maupun terusan Suez; Neill dan Amstrong astronot Apollo 11 telah mematahkan teori bahwa mustahil manusia dapat mendarat diplanet bulan. Di Indonesia ada beberapa gagasan spektakuler yang tadinya mendapat tantangan dari sejumlah kalangan, seperti jemebatan Suramadu yang menghubungan Surabaya dan Madura. Dan di Sulawesi Tengah kita diingatkan bagaimana membangun Jaringan Irigas Gumbasa Kabupaten Donggala yang panjangnya puluhan kilometer hanya menggunakan tenaga manusia. Catatan-catatan diatas paling tidak memberikan pencerahan dan motiviasi kepada kita bahwa membangun terusan khatulistiwa yang akan menghubungkan selat Makassar dan Teluk Tomini (ALKI II dan ALKI III) bukan suatu hal yang tidak mungkin sepanjang ada kemauan dan komitmen dari kita semua untuk bersama-sama mewujudkannya. Berdasarkan data satelit peta rupa bumi menunjukan bahwa lebar Tambu – Kasimbar hanya sekitar 28,5 Km dengan ketinggian bukit sekitar 70 meter dan perbedaan pasang surut air laut antara selat Makassar – Teluk Tomini tidak ekstrim dan kejadiannya hamper bersamaan.

Kondisi geografis Indonesia dan Sulawesi Tengah khusunya membuat hubungan antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia melalui transportasi laut menjadi kurang efisien oleh karena dari kawasan barat ke kawasan timur (Teluk Tomini, Maluku dan Papua) atau sebaliknya harus berputar melewati Sulawesi Utara atau Sulawesi Selatan. Ini tentunya melahirkan sejumlah konsekwensi antara lain meningkatnya cost transportasi oleh karena Bahan Bakar Minyak (BBM) dan komponen lainnya yang digunakan menjadi lebig besar. Apabila gagasan membangunan terusan dapat direalisasikan, maka paling tidak jarak antara kawasan barat dan timur atau sebaliknya menjadilebih pendek sehingga hemat BBM, lebih aman karena berlayar dalam teluk serta lebih cepat yang semuanya berdampak terhadap aspek ekonomi, sosial dan keamanan antara lain ; (1) menurunnya harga kebutuhan pokok dan meningkatnya harga komoditi yang diterima masyarakat, (2) meningkatnya efisiensi pengawasan dalam rangka keamanan dan ketertiban di wilayah NKRI termasuk illegal fishing maupun illegal logging, (3) memperkecil gap dalam pengembangan wilayah antara kawasan barat dan timur, (4) berkembangnya ekonomi dikawasan timur, khususnya di Sulawesi Tengah.

Sebagai gambaran efisiensi bila terbangunnya terusan ini dapat dikemukakan analisis komandan LANAL Palu (2009) bahwa apabila berlayar dari kawasan barat ke timur atau sebaliknya melalui terusan khatulistiwa, maka terdapat selisih jarak sekitar 107 mil laut, serta bila dikonversi kepada penggunaan BBM saja maka akan ada rfisiensi senilai 19 Trilyun per tahun.Selain itu sebagai alur pelayaran internasional akan menjadi lebih penting dan super sibuk oleh karena bergesernya pusat pertumbuhan dunia ke Asia Pasifik (China, Korea dan Jepang), dan tentu saja situasi ini memposisikan terusan khatulistiwa menjadi lebih strategis lagi dalam rangka membangun efisiensi. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa membangun daya saing Indonesia dan khususnya Sulawesi Tengah antara lain dapat diwujudkan dengan mengembangkan secara proporsional sistim transportasi darat, udara dan laut disertai dengan regulasi dan deregulasi dalam rangka berkembangnya sejumlah komoditi secara berkeadilan dan berkelanjutan.
http://terusankhatulistiwa.com/index...ask=view&id=16

---------------

Proyek MERCU SUAR seperti ini, tak cukup kalau hanya difikirkan dan dilaksanakan oleh PEMDA setempat semata, karena hal itu menyangkut hal-hal strategis dan keamanan nasional di masa depan. Bukan tak mungkin, seperti nasib Terusan Panama dan terusan Suez, yang akhirnya di jadikan 'milik Internasional' dan milik Amerika Serikat (untuk Panama).

NASIB TERUSAN PANAMA DAN SUEZ,
KEDAULATAN NEGARA PEMILIKNYA PUN HILANG




Terusan PANAMA ... kedaultaan Panama atas kanal ni akhirnya diambil alih Amerika Serikat



Terusan Suez ... kedaultaan Mesir atas kanal ni akhirnya diambil alih Inggris lalu diserahan internasional


Pulaunya Laskar Pelangi

Pulau Belitung terbagi menjadi 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belitung, beribukota di Tanjung Pandan, dan Belitung Timur, beribukota Manggar.

Sebagaian besar penduduknya, terutama yang tinggal di kawasan pesisir pantai, sangat akrab dengan kehidupan bahari yang kaya dengan hasil ikan laut. Berbagai olahan makanan yang berbahan ikan menjadi makanan sehari-hari penduduknya. Kekayaan laut menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk Belitung. Sumber daya alam yang tak kalah penting bagi kehidupan masyarakat Belitung adalah timah. Usaha pertambangan timah sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda.

Penduduk Pulau Belitung terutama adalah suku Melayu (bertutur dengan dialek Belitung) dan keturunan Tionghoa Hokkien dan Hakka.

Di Belitung sendiri terdapat beberapa pulau-pulau kecil yg eksotis dan pemandangan pantai yg luar biasa.disana bisa kita jumpai habitat asli pantai yg masih sangat asli dr alam.bebatuan yg membelah lautan dan coral serta tebing yg menghentak luas.Pasir putih merupakan pemandangan alami disana,begitupun dengan pesona pemandangan bawah lautnya serta jernih nya air laut menyuguhkan surga dunia yg datang kesana.belitungjuga merupakan surga dunia bagi para fotografer.dan tentunya menjadi icon film laskar pelangi.jadi sepatutnya kita bangga akan pulau ini berada di tanah air.


belitung terbagi atas beberapa pantai yaitu tanjung tinggi,burung mandi,tanjung kelayang,pulau lengkuas,tanjung binga,patai punai,membalong.
dan info lebih lanjut juragan check aje disini : www.belitungisland.com





Hal Modern dalam Film Jadul Theme

Gan semua... inilah kejadian konyol yang tak mereka sadari...



perhatikan pesawat melintas diatas Brad Pitt... ternyata jaman Troy tak kalah canggih dengan jaman sekarang
Spoiler for 1:


Selagi bertarung.... style tetap mesti dijaga... perhatikan jam tangannya gan...
Spoiler for 2:


nah lho... beruntunglah penjahat yang lawan polisi2 ini.... kali seribu polisipun bisa terlampui... gimana gak, anggap sj mungkin pistolnya otomatis, jadi gak perlu tarik pelatuknya
Spoiler for 3:


cieee... adidas memang jeli... semua sekmen dicarinya, bukan hanya didunia olah raga... ternyata didunia perbajak lautanpun gak masalah...
Spoiler for 4:


Hmmmm.... no komenglah kalau untuk orang satu ini.... pasti juragan smua jg udah tahu seberapa jongkok IQ si Bush satu ini...
Spoiler for 5:


Hmmm No komeng lagi dah.... atau memang matanya Bush yg terbalik..?
Spoiler for 6:


Kasian produsen HP dijaman dulu.... kalah canggih dengan Telepati...
Spoiler for 7:

Gusur


dunia makin gila ajah yach... penggusuran d mana"...

Spoiler for peratiin baek"..:

pengembang mengorek seluruh tanah truz ngebiarin atu rumah doank. katana, "Terserah mau pergi atau tidak, pembangunan harus berjalan".(wew serem amir)
Truz ada mobil pun belum sempat dikeluarin. Kayaknya si pengembang agak sakit jiwa. Sampe teganya mengusur dan membiarkan sebuah rumah disana sampai titik terakhir. Dan terus saja mengali untuk membuat pondasi gedung.

RI 002

Ternyata ada orang yahudi yang pernah berjasa bagi RI.

Bobby Earl Freeberg, mantan pilot Amerika pada perang dunia ke 2, sangat bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Sampai2 ia menggunakan tabungan pribadinya sendiri untuk membeli pesawat DC3 surplus perang Dunia ke 2. Pesawat tersebut ia terbangkan untuk berbagai keperluan penerbangan RI, seperti "Operasi Kalimantan", menerbangkan pejabat RI, penerobosan blokade, menyelundupkan hasil produksi Indonesia, dan menerjunkan senjata bagi pejuang Indonesia.

Bobby Earl Freeberg hilang bersama pesawatnya RI 002 dalam salah satu misi penerbangan pada tanggal 30 September 1948.

Apa kata Bobby Earl Freeberg si orang yahudi amerika, kalau ia tahu bahwa bangsa yang ia bela dan sayangi sampai nyawanya pun ia sumbangkan, ternyata di kemudian hari banyak rakyatnya yang membenci bangsa yahudi.
Kapan bangsa ini belajar untuk menghargai orang dan bangsa lain tanpa diembel-embeli oleh SARA ?

Mengapa mereka yang pernah berjasa bagi negara semasa perjuangan mempertahankan kemerdekaan tak otomatis berhak mendapat penghargaan? Kira-kira itulah salah satu pertimbangan ketika Yayasan Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia dan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) bersama-sama menggelar pameran foto sehari pada 6 Mei lalu, di Gedung Arsip Nasional, Jakarta bertajuk The RI-002: Traces of a Friendship—The Story of the First Plane in the Indonesian Air Force.

Melalui pameran foto tersebut dicoba diungkap kembali sejarah RI-002 sebagai pesawat transpor pertama yang dioperasikan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dalam perjuangan pascakemerdekaan 17 Agustus 1945. AURI pernah mengoperasikan sejumlah pesawat C-47 Skytrain atau C-3 Dakota (versi sipil).

“War Surplus”
Seusai Perang Dunia II, pesawat angkut C-47 sisa perang (war surplus) sangat banyak jumlahnya, demikian pun para pilotnya yang umumnya veteran perang sehingga banyak yang menawarkan sewa atau jual pesawat bekas perang ini dengan harga murah, berikut pilotnya.
Oleh karena infrastruktur perhubungan masih sangat buruk maka pemerintah RI bermaksud memanfaatkan pesawat-pesawat itu untuk mendukung operasional negara yang masih berumur “balita” itu.
Majalah penerbangan Angkasa pada edisi Oktober 2006 dalam artikel bertajuk “Para Sahabat AURI yang Terlupakan” pernah mengulas kisah RI-002 dan kapten pilot Robert “Bob” Earl Freeberg. Bermula ketika pada Desember 1946, Opsir Udara III (OU III) Petit Muharto diutus ke Singapura dengan misi mengumpulkan informasi guna mendirikan penerbangan komersial yang akan menghubungkan ibu kota Yogyakarta dengan negara-negara Asia lain.
Dia bertemu Bob, seorang mantan penerbang US Air Force. Muharto yang bertindak sebagai kopilot kemudian memandu Bob menerbangkan sebuah C-47 dari Singapura ke Lapangan Terbang Maguwo, Yogyakarta, pada Maret 1947.
Kali berikutnya, Bob bisa sendiri membawa pesawat C-47 miliknya dari Pangkalan Udara Clark di Filipina ke Yogyakarta, tentu saja dengan menghindar dari pos-pos pengamatan Belanda. Pada 9 Juni 1947, di Maguwo, pesawat C-47 milik Bob ini resmi dicarter AURI dan diberi nomor registrasi RI-002, karena nomor registrasi RI-001 disediakan untuk pesawat presiden.
Maka sejak itu banyak misi penerbangan berbahaya yang dijalan RI-002. Salah satu yang terkenal dan dicatat dalam sejarah AURI adalah operasi lintas udara pertama pada 17 Oktober 1947, dengan menerjunkan 13 anggota pasukan para (kini Paskhas TNI AU) di atas Kotawaringin di Kalimantan.
Pesawat ini juga pernah mengangkut belasan kadet AURI yang akan mengikuti pendidikan pilot di Filipina, dan membawa Delegasi RI ke konferensi United Nations Economic Commission for Asia and the Far East.
Dengan demikian, RI-002 adalah pesawat transpor pertama yang banyak menghubungkan Ibu Kota RI, Yogyakarta dengan Sumatera, khususnya Bukit Tinggi, termasuk kegiatan Fond Dakota, yakni upaya Presiden Soekarno mengumpulkan dana untuk membeli pesawat sendiri dengan mengelilingi Sumatera—kelak pesawat yang dibeli itu disebut RI-001 Seulawah. Namun, lebih banyak lagi misi rahasia RI-002 (black flights) yang tak ada dalam rekaman.
Nahas tak dapat ditolak, RI-002 jatuh dan hilang pada 30 September 1948, dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Bukittinggi dalam misi membawa 20 kg emas dari tambang di Cikotok. Mereka yang tewas adalah kapten pilot Robert “Bob” Earl Freeberg, kopilot Bambang Saptoadji (dinaikkan pangkat dari Opsir Udara III menjadi kapten anumerta, dan namanya diabadikan di sebuah Mess Perwira di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma), ahli teknik Sumadi, operator radio Suryatman, kopilot kedua Santoso dan seorang penumpang Wakil Residen Banten Semaun Bakri. Reruntuhan pesawat dan kerangka para awak dan penumpang ditemukan warga yang sedang merambah hutan di Gunung Punggur, bagian utara Lampung, Juni 1978.

Kisah Persahabatan
Pameran yang hanya sehari itu bernuansa kisah persahabatan dua bangsa yang terjalin antara Petit Muharto Kartodirdjo sebagai kopilot pesawat, dan Bob. Meski beda kebangsaan namun keduanya berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional RI Tamalia Alisjahbana berharap pameran ini dapat mendorong pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan pemberian suatu penghargaan bagi mereka, khususnya kepada seluruh awak RI-002, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun AS yang tewas di Gunung Punggur, maupun yang tidak ikut tewas.
Menurut catatan wartawan senior H Rosihan Anwar (86 tahun), perintah memperdagangkan candu datang dari Wakil Presiden Mohamad Hatta kepada Menteri Keuangan pertama AA Maramis pada Februari 1948, guna mengumpulkan dana bagi perjuangan kemerdekaan RI. Artinya, meski komoditasnya candu, itu adalah misi rahasia dari negara—meski tidak pernah diakui.

Pemerintah Diharapkan Berikan Penghargaan bagi Pesawat RI-002

PESAWAT RI-002 adalah cerita kepahlawanan, keberanian, serta semangat mengatasi segala macam kesulitan yang muncul dalam suatu keadaan yang serba kekurangan; dan juga kecintaan terhadap dunia terbang dan mengenai persahabatan bukan saja antara Petit Muharto dan Bobby Freeberg, melainkan juga antara Amerika dan Indonesia.
Pemerintah seharusnya memerhatikan dan memberikan penghargaan kepada kru pesawat RI-002, kata Tamalia Alisjahbana, Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional RI Jakarta pada acara Pembukaan Pameran RI-002: Napak Tilas Persahabatan, di Gedung Arsip Nasional RI, Jalan Gajah Mada 111 Jakarta Barat, Rabu (6/5) petang.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Subandrio dalam sambutan tertulisnya mengatakan, atas nama TNI Angkatan Udara mengucapkan terimakasih atas penghargaan yang setinggi-tingginya atas upaya mengenang sekaligus napak tilas persahabatan yang terjalin antara bangsa Indonesia dan Amerika pada masa perjuangan.
Banyak hal-hal yang positif dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang dapat kita ambil sebagai pelayanan sekaligus sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pengabdian kita kepada negara dan bangsa ke depan.
Diharapkan pameran ini dapat memberikan manfaat terhadap upaya untuk lebih meningkatkan persahabatan bangsa Indonesia dengan Amerika Serikat dan khususnya kepada Angkatan Udara. Sebagaimana telah dirintis oleh pendahulu kita, demikian juga melalui kegiatan pameran ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi generasi muda sekaligus penghormatan jasa-jasa para pendahulu negeri ini oleh generasi penerus bangsa, ucapnya.
Pesawat RI-002 merupakan pesawat AURI pertama yang sesuai untuk operasi militer dan transportasi. Adakalanya pesawat ini disebut sebagai Dakota Douglas C-47 dan adakalanya disebut sebagai Dakota DC-3.
Pesawat yang masuk ke Indonesia pada tahun 1947 ini dipiloti oleh Bobby Earl Freeberg, warga kebangsaan Amerika dan ko-pilot Petit Muharto Kartodirdjo asal Indonesia.
Pesawat terbang tersebut jatuh pada tanggal 30 September 1948 dalam penerbangan dari Yogyakarta menuju Bukittinggi dengan mengangkut 20 kilogram emas dari pertambangan Cikoto, bersama muatan lain. Emas tersebut akan digunakan untuk membeli pesawat terbang baru untuk Republik Indonesia. Ketika pesawat tersebut jatuh terdiri dari kapten dan pilot Bobby Freeberg, ko-pilot Bambang Saptoadji, ahli teknik Sumadi, operator radio Suryatman, ko-pilot kedua Santoso, dan Wakil Bupati Banten Samaun Bakri.
Pesawat RI-002 menghilang. Reruntuhan pesawat tersebut ditemukan setelah 30 tahun kemudian, pada tanggal 7 April 1978 oleh dua orang petani miskin dari Sumatera yang tengah mencari ladang baru di Gunung Punggur di bagian paling utara dari Lampung.
Dalam pameran yang digelar hingga tanggal 16 Mei 2009 ini pada pintu masuk pengunjung diberikan kesempatan berpartisipasi untuk mendukung permohonan bintang jasa bagi seluruh kru pesawat RI-002.
Sementara dalam pameran yang terletak di lantai dua tersebut pengunjung dapat melihat foto dari keluarga Bobby Earl Freeberg, keluarga Petit Muharto Kartodirdjo, Sejumlah Misi-Misi RI-002, Dukungan Amerika, Agresi Militer Belanda I dan II, Komisi Jasa Baik PBB, bahkan peta penemuan sisa reruntuhan pesawat RI-002 oleh tim evakuasi AURI pada tahun 1978.
Kami berharap pameran ini dapat memperdalam pengetahuan masyarakat mengenai keadaan pada masa Perjuangan Kemerdekaan serta pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhi suatu negara dalam bertindak, serta dapat membangkitkan apresiasi yang lebih mendalam terhadap pesawat RI-002, ujar Tamalia.
Selain itu diharapkan pameran ini dapat menyentuh hati pemerintah agar mau memberikan kepada mereka suatu pengakuan atau penghargaan baik dalam bentuk bintang, patung (sebagaimana pernah dilakukan untuk pesawat VT-CLA setelah jatuh) ataupun bentuk lain, tambahnya.
Maiko Muhatmadi Kartodirdjo, cucu dari Petit saat ditemui seusai menyanyikan lagu Endless Love pada acara tersebut mengatakan, Sebelum kakek meninggal pada tahun 2000, ia mengatakan kepada saya Maiko selama kamu kuliah diluar be a good Indonesian dan sampai dengan sekarang aku selalu menerapkan itu sebagai warga negara yang baik.
Ayah saya adalah penggemar bahasa dan fasih dalam berbahasa Inggris yang menjadikan ia mudah untuk berkomunikasi, dan ia perintis penerbangan. Mulai dari kecil ingin terbang, hingga akhirnya mendapat kesempatan dalam membantu perjuangan sebagai ko-pilot untuk pesawat yang dikontrak CALI, ujar Eko Muhatma Kartodirdjo, 58 tahun; ayah dari Maiko dan putra pertama dari Petit Muharto ini.
Sementara itu Dwi Mudihati K, putri kedua dari Petit mengatakan, Ayah adalah sosok yang perfeksionis, kalau melakukan sesuatu tidak pernah setengah-tengah, ia selalu all out, ujarnya kepada Pelita.
Bapak menulis bukunya mengenai RI-002, sangat indah untuk dibaca karena dibuat cerita dan menggunakan Bahasa Inggris. Buku tersebut belum sempat dipublish. Kalau bisa dipublish sebagai novel atau sebagai hal persejarahan. Bapak tidak menulis atas dasar ingatan, tetapi dengan melakukan riset, bantuan dari Amerika untuk membantu menyuplai informasi yang ada di Amerika. Pada saat menulis buku tersebut pun belum ada fasilitas internet, ujar Dwi.
Menurut dia, ada pandangan-padangan dari ayahnya mengenai Indonesia dan harapannya yang terbesar kepada Pak Harto, tetapi malah kekacauan yang terjadi, saat itu Pak Harto turun dari jabatannya sebagai Presiden. Ayah meminta kepada kami --kelima anaknya kalau bisa tolong perjuangan bapak tidak sia-sia. Ada banyak kekacauan, dan korupsi di negara ini, juga layanan publik yang seharusnya menjadi nomor satu untuk rakyat.
Dengan adanya pameran ini, menurut saya kalau generasi lanjut atau sekarang ini tahu maka akan lebih bangga kepada bangsanya, ujar Ny Hj Pocut Haslinda Syahrul MD, salah satu undangan yang hadir pada acara pembukaan tersebut.


Welcome aboard, please go to 2nd floor


Contoh seragam penerbang AURI di saat revolusi kemerdekaan


Marsda TNI (purn) Boediardjo, mantan juru radio RI-002, kelak di kemudian hari menjadi menteri penerangan RI




Foto-foto kenangan yang mengabadikan ketangguhan RI-002


Foto-foto profil Bobby Earl Freeberg, mantan penerbang US Navy yang secara sukarela membantu RI dengan menerbangkan RI-002


Foto-foto profil Petit Muharto, ko-pilot RI-002






Masa-masa awal pembentukan AURI dan misi-misi yang dijalankan oleh RI-002


Mayor (AU) Tjilik Riwut, namanya kemudian diabadikan sebagai nama bandara di Palangkaraya


Berita di koran tentang RI-002 di tahun 1948


Foto saat RI-002 diketemukan di bukit Pungur, Lampung pada tahun 1978

Dakota Douglas C-47 dengan nomor register RI-002 merupakan pesawat pertama yang dimiliki Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) untuk operasi militer dan transportasi. ''Pemerintah seharusnya memperhatikan dan memberikan bintang penghargaan kepada kru pesawat tersebut,'' kata Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional RI, Tamalia Alisjahbana, di sela-sela pembukaan pameran ''RI-002: Napak Tilas Persahabatan'' di Gedung Arsip, Jakarta, Rabu (6/5) malam.Pesawat itu masuk ke Indonesia pada 1947, dipiloti oleh Bobby Earl Freeberg berkebangsaan Amerika dan kopilot Petit Muharto Kartodirdjo asal Indonesia. Namun nahas, pada 30 September 1948, pesawat tersebut jatuh dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Bukittinggi dalam misi membawa emas dari pertambangan Cikoto.Ketika itu, kru dalam pesawat, selain Bobby dan Bambang, terdapat ahli teknik Sumadi, operator radio Suryatman, dan kopilot kedua Santoso. Sisa pesawat ditemukan warga yang sedang merambah hutan di Gunung Punggur, bagian utara Lampung, pada 7 April 1978 atau 30 tahun setelah jatuh dan hilang

Terbang Bawa Emas 20 Kg
Penerbangan Terakhir Pesawat Pertama RI
istimewa

Jakarta, Warta Kota

Semangat berkorban dan persahabatan tampak sangat mewarnai pameran foto bertajuk ‘RI 002: Napak Tilas Persahabatan’ di Gedung Arsip Nasional Jakarta, yang dibuka Rabu (6/5) lalu. Paling tidak itulah kesan yang ditangkap mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat, AR Ramly, seusai menyaksikan pameran tersebut.

AR Ramly sendiri masih terbilang remaja ketika pesawat RI 002 dioperasikan tahun 1946. RI 002 adalah pesawat pertama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang diterbangkan seorang pilot berkebangsaan Amerika Serikat, Bobby Earl Freeberg. Dia dibantu oleh kru berkebangsaan Indonesia, Petit Muharto Kartodirdjo.

Tidak heran bila acara pembukaan pameran itu juga dihadiri oleh Dubes AS untuk Indonesia, Cameron Hume. Sebab, dibalik sejarah RI 002 terdapat cerita tentang persahabatan, bukan saja mengenai Petit Muharto dan Bobby Freeberg tapi juga antara AS dan Indonesia.

”Namun perlu diingat, pameran ini jelas tidak dapat mencakup seluruh kejadian dan orang-orang yang terlibat dengan pesawat RI 002. Sebagai contoh kami hanya berhasil menemukan keluarga mantan kru RI 002 Santoso, Boediardjo dan Petit Muharto Kartodirjo,” kata Tamalia Alisjahbana, Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional.

Dikatakan, riwayat RI 002 hanyalah salah satu cerita yang menarik selama masa perjuangan kemerdekaan. RI 002 adalah cerita kepahlawanan, keberanian serta semangat mengatasi segala macam kesulitan yang muncul dalam suatu keadaan yang serba kekurangan.

Meski RI 002 hanya secuil dari cerita panjang perjuangan kemerdekaan RI, tapi bagi AR Ramly riwayat pesawat Dakota itu memberi inspirasi tentang bagaimana seharusnya anak bangsa mengisi kemerdekaan. ”Dulu pemimpin dan rakyat bersatu untuk membela Tanah Air, bagaimana dengan pemimpin saat ini?” ujar Ramly.

Teuku Rafly Pasya, mantan suami Tamara Bleszynski, bisa memahami kerisauan mantan Dirut Pertamina tersebut. Pasalnya, menurut Rafly yang datang bersama anaknya Rasya, kondisi sekarang sangat ironis. Para pemimpin berebut mau menjadi presiden di tengah kondisi masih banyaknya rakyat yang miskin.

”Seharusnya pemimpin kita introspeksi karena dulu rakyat mengorbankan harta dan jiwanya untuk kemerdekaan. Nenek saya menyumbangkan emasnya sebanyak 15 kilogram untuk membeli pesawat guna membantu perjuangan bangsa Indonesia. Sekarang, pemimpin harusnya mendahulukan kepentingan rakyat dan bukan mengurusi ambisi pribadi,” ujar Rafly.

Siap nikah
Semangat merdeka atau mati yang menggelora pada jiwa rakyat Indonesia itu pula yang menyetrum jiwa Bobby Freeberg, pilot yang dijuluki Fearless Freeberg (Freeberg Si Pemberani), untuk ikut berjuang bersama rakyat Indonesia merebut kemerdekaan.

Langkah awalnya, pada akhir tahun 1946, Bobby keluar dari CALI, maskapai penerbangan di Manila. Selanjutnya dia meneken perjanjian carter pesawat dengan pemerintah RI yang baru dibentuk. Selama 18 bulan ia terbang untuk Republik Indonesia.

Bobby membeli pesawat Dakota Douglas C-47 dengan uang tabungannya. Setelah dicarter AURI, penerbangan pertamanya membawa muatan kina dan vanila ke Manila. Presiden Soekarno juga diterbangkan ke suluruh wilayah Sumatera dengan RI 002 untuk menggalang ‘Dana Dakota’, yang dikumpulkan untuk membeli pesawat AURI berikutnya, RI 001.

Pada tanggal 1 Oktober 1948, RI 002 terbang ke Bukittinggi. Dalam penerbangan itu pesawat tersebut mengangkut 20 kilogram emas dari pertambangan Cikoto bersama muatan lain. Emas itu akan digunakan untuk membeli pesawat baru untuk RI.

Rencana penerbangannya adalah dari Yogyakarta ke Gorda, lalu Tanjung Karang dan kemudian Bukittinggi. Namun setelah meninggalkan Tanjung Karang, RI002 hilang. Baru 30 tahun kemudian, tepatnya 7 April 1978, dua petani miskin di Sumatera yang sedang merambah hutan di Gunung Punggur (di bagian paling utara Lampung) menemukan reruntuhan RI 002. Pemerintah mengumumkan bahwa kru dan penumpang RI002 telah gugur.

Pada penerbangan terakhir RI002, di dalam pesawat itu terdapat kapten pilot Bobby Freeberg, ko-pilot Bambang Saptoadji, ahli teknik Sumadi, operator radio Suryatman, ko-pilot kedua Santoso, dan Wakil Bupati Banten Samaun Bakri.

Petit Muharto maupun Boediardjo tidak ada dalam penerbangan itu.

”Memang benar, dalam penerbangan itu Bapak (alm) Muharto justru tidak ikut. Posisinya sebagai ko-pilot digantikan Bapak Santoso. Bapak Muharto tidak bisa terbang karena sedang mempersiapkan pernikahan dengan saya. Kalau bapak ikut dalam penerbangan itu mungkin saya jadi janda sebelum berlangsung pesta penikahan,” ujar Ny Muharso (82).

Nenek yang masih terlihat cantik itu kini tinggal di Cinere. Petit Muharto sendiri meninggal dunia pada tanggal 8 Maret 2000.

Sementara Ny Santoso (78) yang tinggal di Bandung tampak sudah sulit untuk bicara. Namun, nenek itu masih bersemangat ketika diminta untuk berfoto di depan benda-benda bersejarah yang dipamerkan hingga tanggal 16 Mei 2009 mendatang.



Sumber foto: Disjarah/Dispen TNI-AU


Advertisement

Archive

 

© 2009 Fresh Template. Powered by Blogger.

Fresh Template by NdyTeeN.