Alhamdulillahhirabbil alamin segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam kepada manusia yang mulia Rasulullah Muhammad SAW, dan keselamatan semoga menyertai para penerusnya hingga yaumul akhir kelak.
Islam sebuah jalan hidup yang mulia, jalan hidup yang menuju keselamatan jalan terang. Dari Kaimana hingga Pulau Trinidad, oleh Para raja ampat hingga para budak afrika. Dari Cape Town hingga jurang-jurang pegunungan ural, oleh Syaikh Yusuf Al Makassary hingga oleh para Pasha Utsmani Islam telah menjadi nafas hidup makhluknya sepanjang jalan yang dilalui.
Alkisah sebuah negeri nan indah, rahasia kemakmuran para firaun yang lalim, di pulau emas svarnadvipa dimana barus menjadi buah bibir. Iabadium, begitulah Ptolemy menyebutnya. Suatu negeri utopia di timur nun jauh yang merupakan surga keindahan dunia. Merah putih, hemm menurut sejarah bendera ini telah berkibar di bumi nusantara sejak zaman Singhasari berjaya, dimana panglima-panglimanya yang gagah berani macam Kebo Arema dan Raden Wijaya telah mengibarkannya dari Malaka hingga tanah Janggi (Papua). Di era Majapahit pun Gajah Mada dan Mpu Nala dengan bangga memasang bendera ini pada kapal-kapal majapahit dan mengibarkannya di daerah baru yang mereka taklukkan.
Hadits riwayat Tirmidzi yang mashyur menceritakan bahwa Allah telah mewariskan harta dunia yang melimpah bagi umat Muhammad berupa merah dan putih. Apakah merah dan putih itu adalah Negeri Iabadium? Apakah merah dan putih adalah negeri yang di masa modern ini tertera pada peta dengan nama Indonesia? Wallahu a’lam bishawab. Bagaimanapun pula kita harus bangga terhadap merah putih kita. Bukan bangga yang ash shobiyah nasionalis berlebih, namun banggalah karena kita adalah bagian dari islam yang kita cintai dengan populasinya, dan negerinya yang sungguh kaya.
Kembali melihat pada sejarah. Di saat Khairuddin dan Aruj, sang Barbarrosa berjanggut merah bersaudara menegakkan bendera khilafah di Laut Mediterran maka di sisi bumi yang lain para panglima aceh bersama merah putih bulan sabitnya, senopati demak dengan merah putih panjinya, dan para pelaut bugis dengan semangat bajanya telah menjadi bagian imperium adidaya utsmani dalam melindungi daerah laut terluas yang dilayari manusia pada masanya di Asia dan Afrika Timur dari para perompak dan kerakusan bangsa Kolonial.
17 agustus 1945 anak-anak muda kembali mengibarkan sang saka yang kemudian mengguncang dunia, Melihat potensi pemuda bangsa Presiden Soekarno kemudian meresmikan Gajah Mada, universitas kedua di negeri ini setelah ITB. Universitas yang didirikan Sultan Ngayogyakarto Hadiningrat ini kemudian ditemani UI, Lambung Mangkurat dan lainnya. Soekarno pernah berujar beri aku seorang pemuda maka akan kugetarkan Semeru dan beri aku 10 pemuda maka aku guncang dunia. Sehingga tidak salah bila kemudian Soekarno mengirim putera-puteri terbaik merah putih untuk belajar di luar negeri.
Pada orde lama mahasiswa meupakan stabilisator konflik politik di zamannya. Di saat pertengkaran Soekarno dan pembela kekuasaan seumur hidupnya dari kaum komunis, nasionalis, ALRI dan AURI melawan kekuatan muslim, ADRI, POLRI, dan kaum sosialis. Meskipun mahasiswa saat itu terdiri dari berbagai unsur (HMI/Islam, GMNI/Nasionalis, PMKRI/Katholik, CGMI/Komunis, dan organisasi intra kampus) namun mahasiswa masih mampu menjadi balancing power dalam kekuasaan Soekarno. Keadaan berubah di saat masa transisi. Makar kaum komunis memperburuk keadaan, ditengah carut marut yang tidak jelas ini maka seluruh elemen mahasiswa kecuali CGMI mendirikan suatu kekuatan besar untuk mengakhiri kehancuran bangsa kedalam jurang yang lebih dalam pada sebuah gerakan mahasiswa terbesar yang pernah ada pada sejarah Indonesia dengan nama KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia)
Mahasiswa menang. Yah meskipun bukan kemenangan yang manis, karena AD dan soemitro yang sosialis bersama eks masyumi dan partai baru golongan karya yang berada di balik mereka. Lagi – lagi konspirasi menang, entah kenapa kekuasaan tak bias dilogikakan. Pada masa orde baru maka rezim ini akhirnya menggunakan golkar dan AD yang menjadi gerobaknya. mahasiswa dan kaum muslim gigit jari NKKBKK diberlakukan dan orang-orang eks masyumi ditendang dari golongan karya dan partai islam pun dipersempit geraknya, begitu juga kaum oposan yang lain. Keadaan berubah setelah pemerintah yang mungkin lebih pantas kita sebut “budak” atau mungkin “anjing” Amerika mulai kelabakan akan situasi dalam negeri dan tercium bau boroknya yang anyir. Melihat permasalahan bangsa yang begitu dalam maka para mahasiswa kembali turun ke jalan, di tempat lain dua bulan sebelumnya yakni pada bulan maret terjadi peristiwa yang kemudian akan merubah sejarah. Para mahasiswa muslim yang taat yang memilih berorganisasi dalam Lembaga Dakwah Kampus memustuskan bahwa kaum muslim harus kembali bangkit dan itu dimulai dari kaum mahasiswa, maka di Malang dengan khidmat mereka mendeklarasikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) untuk berdiri bersama segenap rakyat Indonesia dalam membangun bangsa madani yang entah masih terbawa cita-cita KAMI di era sebelumnya. Kemudian tokoh-tokoh muslim negarawan semacam Amien Rais bersama KAMMI dan elemen mahasiswa lain bergerak dalam suasana kerusuhan negeri yang tak menentu sehingga memaksa Soeharto yang telah renta menyerahkan mandatnya pada seorang muslim intelektual profetik Habiebie (Mr. Crack).
Kaum muslim bangkit, tapi akankah kita kembali Berjaya? Laksana kekuatan merah putih islam masa lampau? Maka KAMMI yang menganggap perlu turut andil membangun Indonesianya mengirim aktivis terbaiknya untuk kemudian bersama tokoh-tokoh yang gencar menyerukan kemenangan islam di Masjid Tebet pada tahun 1999 untuk mendirikan sebuah partai islam yang akan bertarung dalam pemilu terbersih semenjak tahun 1955.
Pada massa modern abad 21 ini para KAMMIers generasi 21th century boys menghadapi tantangan yang lebih berat yakni hedonism kaum muda, perang salib global yang sudah tidak menjamah wilayah perang fisik saja, kerusakan moral, dan kondisi politik yang kembali saya tekankan “TIDAK BISA DILOGIKAKAN” , membuat tantangan KAMMIers abad 21 membangun bangsa semakin berat. Bangsa ini membutuhkan sosok - sosok pemimpin yang adil yang mungkin saja besar kemungkinannya lahir dari rahim KAMMI abad 21, sehingga bagi kader KAMMI dimanapun anda berada berikanlah karya terbaik anda bagi bangsa ini dan mengkader mahasiswa-mahasiswa muslim terbaik untuk meninggikan kalimatullah di dunia dengan merah putihmu di tanah subur indonesaiamu yang hijau royo-royo, gemah ripah loh jinawi, dan laut birunya yang membentang luas. Berikan yang terbaik untuk bangsa ini, Gunung Goldsberg di Papua, Lembah Arun di Aceh dan jamrud-jamrud lain membentang sepanjang khatulistiwa nusantara maka perjuangkanlah hal itu sebagai pemersatu dan penguat merah putihmu.
Naufal Firdaus Nurdiansyah (DKP KAMMI KOM UNEJ)
Dilindungi hak cipta Copyright © 2010
Wednesday, 23 June 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)